About Me
Lencana Facebook
Blog Archive
-
2012
(16)
- July(1)
-
June(14)
- Kontroversi ilmu psikologi
- Ada Faktor P Dibalik Kekelahan Prancis Vs Spanyol
- Edward Lee Thorndike (1874-1949)
- Abraham Maslow (1908-1970)
- Erik Erikson 1902-1994
- Sigmund Freud (1856 - 1939)
- Ivan Pavlov (1849 - 1936)
- Wilhelm Wundt (1832 - 1920)
- List Film Bernuansa Psikologi
- Pengertian Stress
- Pengertian Psikologi
- Pikiran Memiliki Proses Yang Kuat
- Arti Warna Dalam Psikologi Warna
- Opiniku
- February(1)
Tips dan Trik Psikologi
Isi dengan MENU, BLOGROLL, LABEL atau daftar apa saja yang anda ingin jadikan sebuah Menu Scroll
Psikologi Smile Cheat
Powered by Blogger.
Followers
Blog Archive
Saturday, June 16, 2012
Erik Erikson 1902-1994
Erik Erikson
pasti nama ini sangat familiar ditelinga agan-agan sekalian apalagi Erikson
juga merupakan salah satu ilmuan psikologi yang mempelajari tentang teori-teori
dari Sigmund Freud selain itu juga Erik Erikson juga mengembangkan teori-teori
psikososial, penulis juga banyak menggunakan teori-teori beliau sewaktu masih
bergabung menjadi relawan psikososial di Aceh, Sumatera Barat dan Mentawai,
untuk mengenal lebih baik lagi mengenai Erik Erikson kita langsung saja
membahas mengenai beliau.
Nama lengkapnya Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902. Ayahnya adalah seorang keturunan Denmark dan Ibunya seorang
Yahudii. Erikson belajar psikologi
pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud) di Vienna Psycholoanalytic Institute selama
kurun waktu tahun 1927-1933. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat
pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center).
Pada tahun 1939 ia pindah
ke Amerika serikat dan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajar di beberapa
universitas terkenal seperti
Harvard, Yale, dan University of
California di Berkley.
Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, diantaranya adalah: (1) Young Man Luther: A Study in Psychoanalysis and History (1958), (2) Insight and Responsibility (1964), dan Identity: Youth and Crisis (1968).
Teori
Erikson menggambarkan
adanya sejumlah
kualitas yang dimiliki
ego yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas
dan kesetiaan, keakraban dan
cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego ini dapat menemukan menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Ego bukan
menjadi budak lagi,
namun dapat mengatur id, superego dan dibentuk
oleh
konteks cultural dan historik.
Berikut adalah ego yang sempurna menurut
Erikson
1. Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.
2. Universalitas berkaitan
dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang
menggabungkan hal yang praktis dan
kongkrit dengan pandangan semesta, mirip
dengan pronsip realita dari Freud.
3. Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat
hubungan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Erikson, ego sebagian
bersifat taksadar, mengorganisir
dan mensitesa pengalaman
sekarang dengan pengalaman diri
masa lalu dan dengan diri masa yang akan
datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang saling berhubungan, yakni
1.
Body Ego: Mengacu
ke pengalaman orang dengan tubuh/ fisiknya sendiri.
2.
Ego
Ideal: Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat
ideal.
3.
Ego Identity: Gambaran
mengenai
diri dalam berbagai peran
sosial.
Teori
Ego dari Erikson memandang
bahwa
perkembangan kepribadian mengikuti prinsip
epigenetik. Bagi organisme, untuk mencapai perkembangan penuh dari struktur
biologis potensialnya, lingkungan harus memberi stimulasi yang khusus. Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu-anak menjadi bagian penting dari perkembangan
kepribadian. Tetapi Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha
memuaskan kebutuhan id oleh ego.
Teori Kepribadian:
Teori Psikososial
Prinsip Genetik
Menurut Erikson, ego berkembang
melalui berbagai
tahap kehidupan mengikuti prinsip epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi.
Perkembangan epigenetik
adalah perkembangan tahap
demi tahap
dari
organ-organ
embrio.
Ego
berkembang
mengikuti
prinsip epigenetik, artinya
tiap bagian
dari
ego
berkembang pada tahap
perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu (yang disediakan
oleh hereditas untuk berkembang). Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas perkembangan sebelumnya (tetapi
tidak mengganti perkembangan
tahap sebelumnya itu).
Enam Pokok Pikoran Teori Perkembangan Psikososial Erikson
1.
Prinsip Epigenetik: Perkembangan
kepribadian mengiuti prinsip
epigenetik.
2. Interaksi Bertentangan: Di setiap tahap
ada
konflik
psikososial,
antara elemen
sintonik (syntonic = harmonious) dan distonik
(dystonic = disruptive). Kedua elemen itu
dibutuhkan oleh kepribadian.
3. Kekuatan Ego: Konflik psikososial di setiap tahap hasilnya akan mempengaruhi atau
mengembangkan
ego. Dari sisi jenis sifat yang dikembangkan,
kemenangan aspek sintonik akan memberi ego sifat
yang baik, disebut Virtue. Dari sisi enerji, virtue akan meningkatkan kuantitas ego atau kekuatan ego untuk
mengatasi konflik sejenis,
sehingga virtue disebut juga sebagai kekuatan dasar (basic strengh).
4. Aspek Somatis: Walaupun Erikson membagi tahapan berdasarkan perkembangan psikososial, dia tidak
melupakan aspek somatis/biologikal dari perkembangan manusia.
5. Konflik dan Peristiwa Pancaragam (Multiplicity of Conflict and Event): Peristiwa
pada awal perkembangan tidak berdampak langsung
pada perkembangan kepribadian
selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh konflik
dan peristiwa masa lalu, kini, dan
masa yang
akan datang.
6. Di setiap tahap perkembangan,
khususnya dari masa adolesen dan sesudahnya, perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas (identity
crisis), yang dinamakan Erikson
“titik balik, periode
peningkatan bahaya dan memuncaknya
potensi”.
Fase-Fase Perkembangan
1.
FASE BAYI (0-1
TAHUN)
Pararel dengan Fase Oral dari Freud, namun bagi Erikson kegiatan bayi tidak terikat
dengan mulut semata; bayi adalah
saat untuk memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut (menelan) tetapi juga dari semua indera. Tahap sensori oral ditandai oleh
dua jenis inkorporasi: mendapat (receiving) dan menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan
memberi makan/minum
secara teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego
atau
identitas ego yang pertama, perasaan
kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa
lapar, haus, nyeri, dan
ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan
atau hilangnya kondisi
yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar mengharap bahwa
hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi
menyenangkan. Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yang keramat
(numinous).
2.
FASE ANAK-ANAK (1-3
TAHUN)
Dalam teori Erikson,
anak memperoleh kepuasan
bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan,
melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun kedua, penyesuaian
psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral
Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak
dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi
diri serta hak dan
kewajiban. Anak belajar untuk melakukan
pembatasan-pembatasan dan
kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus
malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini
adalah permulaan dari kebebasan
kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar
hanya permulaan), yang menjadi
ujud virtue kemauan di dalam
egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan
penilaian benar atau salah dari tingkah
laku diri dan orang lain, disebut bijaksana
(judicious).
3.
USIA BERMAIN
(3-6 TAHUN)
Pada
tahap ini
Erkson mementingkan perkembangan
pada
fase
bermain,
yakni; identifikasi dengan orang
tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan
tubuh, ketrampilan
bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi,
dan kemampuan menentukan
tujuan. Erikson mengakui
gejala odipus muncul
sebagai dampak dari
fase psikososeksual
genital-locomotor, namun diberi
makna
yang berbeda.
Menurutnya, situasi odipus adalah
prototip dari kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk
bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih dan
mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau
meninggalkan
rumah, juga untuk menekan atau menunda
suatu tujuan. Konflik antara
inisiatif dengan berdosa menghasilkan kekuatan
dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk mengalahkan
penjahat.
4.
USIA SEKOLAH
(6-12 TAHUN)
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar
dari
dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal
itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi
berkemampuan (competence). Memendam insting
seksual sangat penting
karena akan membuat anak
dapat memakain enerjinya untuk mempelajari teknologi
dan budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan
dengan perasaan inferior (industry – inveriority).
Dari konflik antar ketekunan
dengan inferiorita, anak mengembangkan
kekuatan dasar: kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak
belajar tentang sistem, aturan,
metoda yang membuat suatu pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
5.
ADOLESEN (12-20 TAHUN)
Tahap ini merupakan tahap
yang paling penting diantara
tahap perkembangan lainnya,
karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty) penting bukan
karena kemasakan seksual, tetapi karena pubertas
memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang.
Pencarian identitas ego
mencapai puncaknya pada fase ini, ketika remaja berjuang
untuk menemukan
siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul dari krisis
identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam
beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki ediologi
akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian, pilihan musik dan buku bacaan, dan pengaturan waktu sehari-hari.
6.
DEWASA AWAL (20-30 TAHUN)
Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan
oleh dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini
disebut perkelaminan (genitality). Keakraban (intimacy) adalah kemampuan
untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain
tanpa ketakutan kehilangan
identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang masak
sebagai dampak dari perbedaan
dasar antara pria dan wanita.
Cinta selain di samping bermuatan
intimasi juga membutuhkan
sedikit isolasi, karena masing-masing
partner
tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan
adanya cinta, mempertahankan
persahabatan, ikatan kerja.
7.
DEWASA (30-65 TAHUN)
Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di
masyarakat dan ikut
bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan
dari masyarakat.
Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan
ide baru. Kepedulian (care) adalah
perluasan komitmen untuk merawat orang
lain, merawat produk dan ide
yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagai
kekuatan dasar orang dewasa. Generasional
adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian
hadiah atau sanjungan,
sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan
dan kekuasaannya memaksa aturan,
moral,
dan kemauan pribadi dalam interaksi.
8.
USIA TUA (>65 TAHUN)
Menjadi tua sudah
tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif
dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat generasi penerus
– cucu dan remaja pada
umumnya. Tahap terakhir daroi psikoseksual adalah generalisasi
sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan
dari
berbagai sensasi
fisik, penglihatan, pendengaran,
kecapan, bau, pelukan, dan juga stimulasi genital. Banyak
terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya
ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah
integral; ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan.
Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.
Oke agan-agan sekalian apakah pembahasan yang penulis sampaikan diatas
dapat menambah pengetahuan dan wawasan agan-agan dalam bidang psikologi
terutama pengenalan tokoh psikologi yaitu Erik Erikson, untuk pengenalan tokoh
psikologi berikutnya pasti penulis akan share kan kepada agan-agan, sampai
bertemu ditulisan berikutnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Forum Psikologi Smile
Popular Posts
-
Sadarkah kita bahwa sehari-sehari kita mengkomunikasikan diri kita melalui warna, sebagai contoh jika perasaan kita sedih dan tidak baha...
-
Buat para dangdutters mungkin tidak asing lagi dengan kata ini, “...stress obatnya iman dan taqwa...” dengan meniru gaya bang Haji... hehe...
-
Terapi sambil bugil? Hehe, asssiiiiikk…. Pasti menyenangkan… Penulis sudah menduga 100% klien tidak akan konsentrasi (memikirkan yang ng...
-
ARGUMENTASI NEGATIF TENTANG PSIKOLOGI Ilmu psikologi bisa dianggap bukan merupakan pemikiran ilmiah, tetapi pemikiran rasional. Hal ...
-
Bosan belajar dengan metode perkuliahan apalagi dengan dosen yang gak asiik... disini penulis mencoba menawarkan cara belajar yang seru yai...
-
Siapa yang tidak kenal dengan Wilhelm Wundt, dialah pendiri laboratorium psikologi pertama pada tahun 1879 sekaligus menjadikan psikologi...
-
Bahasa kerennya Galau, tidak tahu aku memulai dari mana...? untuk kali ini aku mencoba untuk menulis seadanya saja berdasarkan opiniku saat ...
-
Abraham Maslow, dari dulu penulis menyukai tentang Abraham Maslow yang satu ini karena menurut penulis sumbangan dari pemikiran Abraham M...
-
Kali ini kita akan membahas mengenai profil Ivan Pavlov, pastinya agan-agan ingin mengetahui mengenai Ivan Pavlov lebih dekat lagi, oleh ...
-
Menurut penulis teori dari Thorndike sangat simple, hanya dua huruf saja yaitu S dan R yang biasanya penulis sebut teori SR, dimana penu...
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan untuk memberikan komentar untuk kemajuan blog ini, terimakasih...