Powered By Blogger

About Me

My Photo
psikologismile
View my complete profile

Tips dan Trik Psikologi

Isi dengan MENU, BLOGROLL, LABEL atau daftar apa saja yang anda ingin jadikan sebuah Menu Scroll

My Skype

My status

Psikologi Smile Cheat

Powered by Blogger.

Followers

Blog Archive

Saturday, June 30, 2012

Kontroversi ilmu psikologi

ARGUMENTASI NEGATIF TENTANG PSIKOLOGI


Ilmu psikologi bisa dianggap bukan merupakan pemikiran ilmiah, tetapi pemikiran rasional. Hal ini bisa dijelaskan dengan alasan eksperimen ilmiah adalah memperlakukan materi pada kondisi dan faktor-faktor alaminya,kemudian mengamati pengaruh perlakukan tadi atau mengamati akibat/hasil eksperimen terhadap materi tadi. Misalnya eksperimen biologi, fisika, dan kimia.
Adapun pengamatan terhadap sesuatu yang bukan materi pada kondisi dan waktu yang berbeda-beda bukan merupakan eksperimen ilmiah. Demikian juga pengamatan terhadap anak kecil dalam kondisi dan umur yang berbeda-beda, hal ini tidak termasuk dalam pembahasan eksperimen ilmiah dan tidak dianggap sebagai metode ilmiah. Tetapi hanya pengamatan,pengulangan terhadap pengamatan dan inferensial/deduksi.
Di sisi lain, psikologi merupakan perkara yang relatif, yang memiliki kemungkinan salah bukan merupakan perkara yang absolut. Sehingga tidak boleh dijadikan sebagai landasan untuk menghukumi sesuatu dan tidak boleh dijadikan argumentasi untuk menentukan kebenaran atau ketidakbenaran sesuatu, karena bukan merupakan realita ilmiah(sains)atau hipotesa ilmiah.

Pengetahuan ini meskipun dihasilkan melalui metode rasional tetapi bukan untuk menetapkan eksistensi sesuatu,tetapi untuk menetapkan hukum atas hakekat sesuatu. Hukum ini pasti relatif yang memiliki kemungkinan salah.dengan demikian psikologi dibangun dengan landasan yang salah sehingga menjadikan kebanyakan pemikirannya penuh dengan kesalahan pula.
Ilmu psikologi secara global dibangun berdasarkan pandangan terhadap naluri dan otak. Mereka berpendapat bahwa pada manusia terdapat banyak naluri, baik naluri yang sudah diketahui ataupun belum. Berdasarkan padangan terhadap naluri ini,para pakar psikolog telah membangun teori-teori keliru. Ini adalah awal mula yang menyebabkan kekeliruan pada kebanyakan pemikiran-pemikiran yang ada dalam psikologi.
Ilmu psikologi menganggap otak terbagi menjadi beberapa bagian,masing-masing bagian memiliki potensi tertentu. Pada masing-masing bagian memiliki potensi yang tidak dimiliki bagian lainya. Mereka berpendapat beberapa manusia memiliki potensi untuk memahami bahasa, sedangkan tidak memiliki potensi untuk memahami ilmu pengetahuan alam. Begitu juga sebaliknya yang memiliki bakat IPA tidak memiliki bakat terhadap bahasa.
Namun kenyataan yang terjadi berbeda dengan hal tersebut. Fakta yang disaksikan oleh panca indera yaitu dengan mengamati dan meneliti respon perbuatan manusia, manusia memiliki potensi kehidupan yang memiliki dua manifestasi:
  1. Kebutuhan jasmani, menuntut pemuasan secara pasti apabila tidak dipenuhi bisa menyebabkan kematian pada manusia. Hal ini tercermin pada kebutuhan jasmani (Al Mu'minuun:33)
  1. Naluri kemanusiaan, menuntut pemuasan namun apabila tidak terpenuhi tidak akan menyebabkan kematian, tetapi akan menderita dan tergoncang akibat tidak terpenuhi kebutuhannya. Hal ini tercermin pada naluri-naluri seperti naluri beragama/gharizatul tadayyun [Az Zumar:8], naluri melestarikan keturunan/gharizatul nau' [Yusuf:24,Al Baqoroh:124], dan naluri mempertahankan diri/gharizatul baqa' [An Nahl:68]).
Naluri-naluri tsb merupakan perasaan akan kelemahan dirinya,perasaan akan melestarikan keturunan dan perasaan untuk mempertahankan eksistensinya,tidak ada yang lain. Sedangkan selain naluri di atas hanyalah manifestasi-manifestasi bagi naluri seperti mengagungkan Tuhan, menyanjung pahlawan, beribadah merupakan manifestasi dari naluri beragama.
Kecenderungan suka terhadap lawan jenis(mail al-jinsi),mencintai orang tua,istri,anak,saudara merupakan manifestasi dari naluri melestarikan keturunan. Rasa takut,sombong,cinta kedaulatan, marah, pemilikan merupakan manifestasi dari naluri mempertahankan diri. Demikianlah setiap manifestasi dari manifestasi-manifestasi naluri dikembalikan kepada salah satu di antara naluri-naluri yang ada.
Sebenarnya yang disebut psikologi terhadap naluri adalah kenyataan tentang wujud atau yang ditimbulkan naluri bukan naluri itu sendiri.
Ini dari aspek naluri, sedangkan dari aspek otak, maka sebenarnya otak itu satu. Jika ada tinggi rendah dan perbedaan pemikiran-pemikiran maka itu disebabkan perbedaan kemampuan otak dalam mencerapnya(quwwatu rabthi). Tidak ada dalam otak potensi(bakat) yang tidak dijumpai pada lainya, tetapi semua otak memiliki potensi untuk berfikir dalam segala hal selama terpenuhi fakta yang terindera,panca indera atau salah satunya,informasi-informasi(maklumat) terdahulu,dan otak itu sendiri.
Sedangkan perbedaanya hanyalah pada daya cerap otak serta kekuatan untuk mengindera seperti perbedaan mata dalam kuat dan lemahnya untuk melihat,perbedaan telinga dalam kuat dan lemahnya mendengar.Oleh karena itu suatu yang mungkin untuk memberikan kepada setiap individu informasi-informasi dan di dalam setiap individu ada potensi untuk mencerna informasi-informasi tersebut.Tidak ada dasar sama sekali bagi teori ilmu psikologi yang menyatakan otak ada yang memiliki satu potensi saja dan ada yang memiliki banyak potensi.
Dengan demikian anggapan ilmu psikologi terhadap naluri-naluri adalah anggapan salah.Demikian juga anggapan terhadap otak juga merupakan anggapan yang salah sehingga mengantarkan pada kesalahan teori-teori yang dihasilkannya. 
Sumber: wikipedia.org

SANGGAHAN LANGSUNG

Mari kita bahas tentang Pragraf 1 ini secara panjang dan lebar karena sepertinya penulis yang menulis pesan provokatif tentang psikologi ini belum memahami benar tentang bidang-bidang keilmuan dan mempunyai pemikiran yang sempit (belum cukup ilmu) untuk menelaah  bidang keilmuan Psikologi serta memandang sesuatu hanya dari satu sudut pandang tertentu/tidak fleksibel:
Sebelum masuk kearea permasalahan paragraf 1, pertama-tama kita akan membahas mengenai arti psikologi, Berfikir ilmiah, dan berfikir Rasional itu sendiri:
·         Psikologi terdiri dari dua kata yaitu psyche (jiwa) dan logia (ilmu) yang berasal dari bahasa yunani, secara etimologis psikologi dimaknai ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan, agar jiwa dapat diukur dan dilihat maka psikologi memanifestasikan wujud kejiwaan tersebut menjadi perilaku individu dimana setiap perilaku individu adalah merupakan cerminan dari dari sisi kejiwaanya. Pada dasarnya setiap materi (red: wujud) semuanya dapat diukur, hal tersebut merupakan ilmu pengetahuan.
·       Berfikir Ilmiah, menurut Plato (dalam Edward De Bono, 1999) “Pikir itu adalah organ yang hanya berkaitan denga ide-ide murni, artinya tidak ada hubungannya dengan pengindraan karena pengindraan adalah fungsi badan rendah”. Sementara Edward De Bono (1999) memaknai  Pikiran itu adalah seuatu sistem pembuat pola, sistem informasi dari pikiran pekerja untuk menciptakan dan mengenal pola-pola tersebut, prilaku ini tergantung pada susunan fungsional dari sel-sel urat saraf dalam otak.
Ilmiah, artinya berdasarkan ilmu pengetahuan, ilmiah adalah bentuk kata sifat dari ilmu, ilmu berasal dari bahasa arab yang artinya tahu, jadi ilmu secara etimologis berarti ilmu pengetahuan sedangkan secara terminologi ilmu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri khas dan pensyaratan tertentu, berbeda dengan pengetahuan biasa. Berpikir adalah serangkaian aktivitas akal budi (rasio) manusia untuk dapat membedakan hal-hal yang memang sama (obyektif) serta mencari nisbat antara kedua hal tersebut untuk mencapai suatu kebenaran (berpikir ilmiah), (Jamaluddin Kafie, 1989).
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan secara ringkas, padat dan jelas (nafsu bangget… kiranya, hehe) berfikir ilmiah adalah metode berfikir yang melibatkan logika deduktif (berfikir rasional) dan  logika induktif (berfikir empiris). Gimana, apa sampai disini sudah cukup jelas mengenai hal ini? Apa, belum cukup… oke mari kita lanjut ke pengertian berikutnya.
·         Berfikir Rasional adalah berfikir menggunakan nalar atas dasar data yang ada untuk mencari kebenaran yang faktual (yang dapat dipertanggung jawabkan), kegunaan, dan derajat kepentingannya (Djohansjah Marzoeki). Berfikir rasional mempunyai objektif (sasaran), bukti, referensi, logik dan relevan karena mempunyai alat ukur yang dapat dibandingkan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat kita lihat bahwa tidak ada perbedaan antara penelitian ilmiah dan penelitian rasional, kenapa bisa begitu? Karena didalam penelitian ilmiah dan rasional saling terkait satu sama lainnya, didalam penelitian ilmiah pasti akan melibatkan logika deduktif (berfikir rasional) sedangkan dalam berfikir rasional pasti dan suatu keharusan untuk melibatkan logika induktif (berfikir empiris/ilmiah), dalam hal ini psikologi memasuki area pemikiran ilmiah maupun pemikiran rasional tidak akan merubah psikologi sebagai cabang dari ilmu pengetahuan karena objek-objek yang diteliti oleh psikologi dapat terukur secara statistik dan itu adalah sarat mutlak untuk menjadikan bidang tersebut sebagai ilmu pengetahuan.
Selain dari itu cabang ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu Eksak dan Non Eksak, so tidak bisa disamakan sebuah penelitian Eksak dan penelitian Non Eksak karena materi/objek yang diteliti saja sudah sangat berbeda. Contoh Eksperimen Biologi disamakan dengan Eksperimen Psikologi yang jelas-jelas sangat berbeda antara keduanya, contoh dalam biologi mempelajari struktur sel-sel darah dan dalam psikologi mempelajari perilaku individu dalam keadaan ketakutan, namun tidak terlepas juga kedua hal ini dapat saling bersinggungan antara satu dengan lainnya seperti bagaimana kondisi aliran darah terhadap individu dalam situasi ketakutan.
Selanjutnya Pembahasan Pragraf 2, seperti yang sudah dijelaskan pada sanggahan untuk paragraf 1 diatas, psikologi melakukan pengamatan (observasi) terhadap materi yaitu terhadap perilaku yang ditimbulkan individu tersebut yang dicerminkan dari keadaan kejiwaannya. So, orang yang berpendapat bahwa psikologi tidak melakukan pengamatan terhadap materi merupakan salah besar, malah sebaliknya individu dan perilaku merupakan materi karena dapat dilihat, didengar, dan dirasakan (mohon dibaca kembali pengertian psikologi).
Untuk metode eksperimen yang dilakukan psikologi sudah memenuhi syarat untuk penelitian ilmiah pertama-tama adanya premis (alasan), ada kesimpulan, proses dedukasi dikatakan shahih jika, premis benar (sesuai kenyataan); kesimpulan benar; argumentasi logis; hasil penalaran deduktif dapat digunakan untuk menyusun hipotesis. Selain dari itu penelitian psikologi masuk kedalam ranah metode ilmiah dikarenakan adanya perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Selanjutnya untuk paragraf 3, dari awal  (baca pembahasan paragraf 1) bahwa penelitian Eksak dan Non Eksak tidak dapat di samakan karena objek yang diteliti jelas-jelas berbeda. Dalam teori-teori Non Eksak tidak ada yang dikatakan absolut, kenapa demikian karena selalu ada perubahan dalam diri individu tergantung oleh situasi dan kondisi tertentu (keadaan zaman tertentu) oleh karena itu kenapa teori-teori Non Eksak dapat berubah-ubah. Oleh sebab itulah kenapa kita sebagai peneliti-peneliti sekarang ini dituntut untuk memperbarui teori-teori usang (tidak up to date) sehingga dapat sejalan dengan situasi dan kondisi sekarang, jadi tidak bisa anda men-Justifikasikan bahwa psikologi dapat menentukan kebenaran dan ketidak benaran sesuatu karena didalam psikologi tidak ada kata yang benar maupun yang salah yang ada hanyalah tidak biasa (tidak lazim) atau bisa disebut normal dan abnormal. Lain halnya dengan teori Eksak bersifat Absolut (tidak dapat diganggu gugat), seperti contoh 1+1 =2 kalau ada yang mengatakan 3 berarti anda salah siap-siap untuk menerima tudingan miring (tidak waras), tetapi dalam Non Eksak 1+1 bisa saja 7 dan anda tidak dipersalahkan tetapi anda akan dikatakan tidak lazim saja, tergantung bagaimana anda menjelaskan mengapa hal tersebut bisa jadi 7. Sedangkan realita ilmiah yang ada dalam psikologi adalah realita terhadap situasi dan kondisi individu atau objek yang diteliti atau dengan kata lain relative tergantung objek penelitiannya.
Selanjutnya untuk paragraf 4, terlalu berani untuk men-justifikasi bidang keilmuan benar dan salah tanpa didasari oleh argumen-argumen yang kuat yang berlandaskan teori-teori, coba perhatikan pemikiran psikologi berlandaskan dari pemikiran filsafat, jika landasan pemikiran psikologi salah berarti pemikiran filsafat juga salah termasuk semua ilmu pengetahuan yang ada sekarang ini (eksak maupun non eksak) karena semua ilmu pengetahuan didasari oleh pemikiran filsafat. Untuk kesekian kali penulis akan mengulang bahwa penelitian Non Eksak (psikologi) tidak pernah ada kata salah namun yang ada hanya kata tidak lazim saja karena objek yang diteliti adalah Individu yang relatif berubah, lain halnya dengan penelitian fisika, seperti contoh: kayu dibakar menjadi arang selanjutnya menjadi abu dan abu tidak bisa berubah kembali kayu, dan itu sudah ketetapan dan hal yang pasti dalam peristiwa fisika (kalau dapat berubah menjadi kayu kembali jawabnya “Amazing”). Disini sudah jelas perbedaan-perbedaannya yang ditunjukkan antara kedua bidang ilmu pengetahuan antara eksak dan non eksak.
Paragraf 5, Naluri dan Otak????, naluri yang sudah diketahui dan belum diketahui???? Otak yang bagaimana??? argument yang membingungkan, dan teori tentang naluri seperti apa yang dikatakan keliru dalam psikologi, paragraf 5 ini saja sudah jelas mengindikasikan bahwa pemahaman anda tentang psikologi hanya sebatas kulit saja.
Kajian-kajian psikologi tidak terbatas hanya kepada naluri dan otak saja, secara garis besar kajian psikologi adalah Kognitif, Konasi, dan Afektif.
Paragraf 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, Secara kasat mata otak memang mempunyai bagian (belahan) yang mempunyai fungsi berbeda-beda antara satu sama lain, berdasarkan hal tersebut maka dapat dilihat bagian perkembangan otak antara individu satu dengan individu lainnya pastinya berbeda-beda hal ini dapat dipengaruhi dengan asupan gizi (dapat ditanyakan langsung kepada ahli gizi yang sudah jelas menganut pengetahuan eksak). Konon berbicara mengenai kemampuan, jelas terlihat individu yang mempunyai asupan gizi baik maka perkembangan bagian otaknya juga baik serta berdampak kepada individu dalam mecerna informasi, hal inilah yang menjadi tolak ukur dari psikologi, yaitu kemampuan individu dalam menguasai bidang-bidang tertentu sesuai dengan informasi-informasi yang telah dicernanya (tolong dicatat ya “KEMAMPUAN”).
Teori yang mana lagi dari psikologi yang mengatakan bahwa jika individu mempunyai potensi yang satu tidak memiliki potensi yang lain (ckckckckc, terlalu….), yang benar adalah perbandingan potensi yang satu dengan potensi yang lainnya atau potensi mana yang lebih berperan (lebih banyak) dari individu tersebut, saya setuju dengan penulis pertama yang menyanggah secara langsung argument negative ini, bahwa hasil dari tes psikologi tidak pernah menghilangkan kemampuan yang dimiliki individu ketika suatu kemampuan lain menonjol.
Sekali lagi anda telah salah memahami pengertian bahasa itu sendiri, perkembangan bahasa dalam psikologi adalah skill (baik nonverbal maupun verbal), bahasa adalah kemampuan yang terasah melalui tahap-tahap perkembangannya serta bagaimana orang tua menstimulasi hal tersebut.
Teori Abraham Maslow berpendapat bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan dasar umum yang terdiri dari beberapa tingkatan. Tingkat kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terbagi atas:
·         Kebutuhan fisik, yaitu kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup, antara lain: Udara, cairan ,makanan, elektrolit, eliminasi, suhu tubuh, tidur, istirahat dan relaksasi.
·         Kebutuhan rasa aman, yaitu kondisi yang membuat seseorang merasa aman.
·         Kebutuhan mencintai, dicintai dan memiliki / dimiliki, yaitu kebutuhan untuk memberikan dan menerima rasa cinta, sayang dan memiliki.
·         Kebutuhan harga diri, yaitu kondisi yang membuat orang merasa puas akan dirinya, bangga dan merasa dihargai.
·         Kebutuhan perwujudan diri, yaitu kebutuhan untuk terus berkembang dan berubah, serta berusaha kearah tujuan masa depan.
Penulis rasa sudah cukup untuk menerangkan hal ini bagi rekan-rekan sesama praktisi psikologi mohon tanggapannya agar dapat memperjelas argument negative ini. Terimakasih. admin psikologi smile 

1 komentar:

SpeedTraveler said...

Hahahahahahahahahahaha...

The one who wrote that article must knows NOTHING about psychology... Kasihan yaaa? Dan dia nulis itu semata mata mencari sensasi untuk dibilang sebagai seorang kritisi yg smart...:D
Saya rasa penjelasan yg ditulis rekan Admin Psikologi Smile sudah sangat jelas... Dan kalau penulis artikel tersebut benar sebagai seorang ilmuwan kritis yg berjiwa besar (seperti yg sudah beliau COBA impresikan dalam tulisannya), beliau akan mengakui kesalah pahamannya tentang psikologi yaaa...

Memang, sulit menjelaskan mengenai esensi Psikologi kepada "orang awam"... Dan saya rasa penjelasan singkat kepada orang pinter seperti penulis artikel bukan tugas yg sulit. Tanya saja: "Elo itu pinter kan? Tau filsafat? Ngerti filsafat ngga? Ngerti kalau filsafat itu dasar segala ilmu? Ngakuin dong, kalo filsafat itu dasar dasar segala ilmu? Kan elo ilmuwan... Nah, psikologi itu, kerennya, adalah filsafat yg di empiriskan... Elo cukup cerdas untuk ngerti hal sederhana seperti itu kaaaannnn..."
That will be my short explanation to the article writer... Kalau ternyata beliau ngga cukup cerdas untuk ngerti short explanation nya, baru dweh gue kasih penjelasan lengkap rekan Admin Psikologi Smile...

Begitu tanggapan saya... Terima kasih.

Salam,
as PrettyPig
-Rina Rumahorbo-

Forum Psikologi Smile

Popular Posts

CARI ARTIKEL DI BLOG INI

Translate My Blog

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
by : BTF

Total Pengunjung

Asal Pengunjung

free counters

KOMPAS.com - Megapolitan